Strategi Yahudi dalam Menjerat Orang-orang Terpandang di Prancis

bastille
MIRABEAU berhasil membawa Duke Durlian ke dalam Free Masonry Nasional Prancis yang dikenal dengan sebutan The Blue Masonry. Kurang lebih empat tahun kemudian, Duke Durlian kekayaannya terkuras, dan dia sendiri memikul beban hutang dalam jumlah besar.
Tidak ada jalan lain baginya untuk membayar hutang-hutangnya kembali, kecuali harus menempuh jalan hidup yang bisa melepaskan bebannya. Kemudian dia mengambil jalan pintas dengan melakukan kegiatan penyelundupan dan perdagangan barang-barang terlarang, dengan maksud untuk bisa membayar hutang-hutangnya. Akan tetapi, petualangan bisnisnya justru membuat Durlian lebih dalam terjerumus dalam lembah hutang. Pada tahun 1780 hutangnya telah mencapai 800.000 Franc. Angka itu merupakan jumlah yang sangat besar menurut ukuran pada masa itu.
Setelah itu, para sesepuh Yahudi melihat saatnya telah tiba untuk menjerat mangsanya lebih kuat, berkat kecerdasan Mirabeau. Para pemilik modal Yahudi mendekati Durlian dengan bujuk rayu menggiurkan, sehingga Durlian terperdaya menggadaikan harta miliknya, tanahnya, bahkan istananya ‘Palais Royal’ yaitu istana kerajaan khusus untuknya atas pemberian raja. Istana itu dijadikan jaminan hutang-hutangnya kepada para pemilik modal Yahudi itu.
Durlian tidak menyadari, bahwa tindakannya itu akan menjerumuskan dia ke dalam perangkap setan. Kekuatan yang terselubung telah mengutus seorang Yahudi asal Spanyol untuk menjalankan aksi mengawasi harta kekayaan Durlian, berikut Palais Royalnya. Utusan itu adalah Coderlos De Lalco, yang dikenal sebagai penulis buku cerita ‘Hubungan Berbahaya’ dan karya percintaan lainnya yang bernafas cinta dan seks. Ia juga dikenal sebagai penulis karya permissivisme moral dan kebebasan seks.
Antara karya-karya itu dan pembahasan ini tidak ada kaitannya apa-apa. Akan tetapi, karena karya itu telah menjadikan istana Palais Royal sebagai tempat mesum paling populer, maka hasil karyanya sering disebut-sebut orang. Demikianlah sebuah istana kerajaan telah dijadikan sarang kemaksiatan. Para pengunjungnya yang rata-rata kelas elit bisa menyaksikan berbagai jenis pertunjukan seks dan gambar-gambar porno, yang sulit diungkapkan dalam bentuk kata-kata.
Bukan hanya itu. Fasilitas lengkap tersedia juga untuk mempermudah setiap pengunjung melakukan keinginannya, tanpa ada kesulitan apa pun. Dalam menjalankan tugasnya, Coderlos tidak hanya sendirian. Ia berkawan dengan orang bernama Callistro, seorang Yahudi asal Italia yang nama aslinya Joseph Palsemo. Dialah yang menjadikan villa-villa 40 Durlian tidak terkena hukum Prancis, sebagai pusat penerbitan selebaran-selebaran untuk memanaskan suasana revolusi, di samping menyebar hasutan tajam terus menerus.
Selain itu, Callistro juga mengatur pertemuan-pertemuan akbar, berbagai pertunjukan, ceramah umum dan diskusi, dengan tujuan untuk menggalakkan gejolak dan semangat publik. Jaringan mata-mata juga dipasang di mana-mana untuk mengetahui perkembangan dan skandal yang dilakukan oleh tokoh-tokoh yang diincar oleh Kekuatan terselubung. Setelah itu dilakukan operasi gosip terencana, agar mangsanya jatuh di mata umum.
Oleh sebab itu, banyak pria dan wanita terpandang menjadi gelisah, khawatir menjadi tumbal mafia yang dipimpin oleh De Lalco dan Palsemo itu. Tidak sedikit diantara mereka terpaksa tunduk kepada kehendak mafia itu. Dengan demikian harta kekayaan Duke Durlian telah berubah menjadi pusat. []



LATIHAN aktivis revolusi, yang menyelusup ke berbagai kegiatan sosial budaya, bahkan sampai masuk ke dalam perkumpulan olahraga. Dengan aneka ragam kedok inilah mereka bisa memasukkan kegiatan yang merusak, mulai dari seks, minuman keras dan berbagai macam kemaksiatan lainnya, hingga fenomena seperti ini meluas dan menjamur ke seluruh negeri.

Kaki tangan Konspirasi menarik tokoh-tokoh revolusi ke dalam dunia gelap itu dengan bujuk rayu yang menggiurkan, sehingga mereka jatuh ke dalam pelukan setan. Kegiatan ini diatur dan diarahkan dari markas Mirabeau dan Durlian, dan dari istana Palais Royal. Sejarawan Inggris Scoder dalam bukunya Prince of Blood mengatakan tentang Palais Royal ini, bahwa masalah Palais Royal saja membuat polisi lebih sibuk daripada menangani masalah Paris secara keseluruhan.

Rakyat Prancis pada umumnya tidak tahu apa yang berjalan dalam istana Palais Royal, karena mereka mengira itu adalah kediaman resmi Duke Durlian, putra paman raja Prancis. Hanya sebagian kecil tertentu saja yang tahu, bahwa Palais Royal telah jatuh ke tangan para pemilik modal Yahudi untuk dijadikan sarang persekongkolan, yang akan melampiaskan dendam kesumat Yahudi terhadap kaum Gentiles.


Sebenarnya penguasa kerajaan Prancis bukannya tidak tahu apa yang sedang terjadi. Sebelumnya mereka sudah mendapat peringatan yang cukup, bahwa pemerintah Bavaria menemukan dokumen-dokumen rahasia Konspirasi setelah kematian utusan yang membawa dokumen itu, dan bagaimana pasukan keamanan Bavaria menyerbu pusat sarang Konspirasi yang ada di negerinya, sehingga ditemukannya dokumen yang lain. Maka raja Bavaria merasa perlu menyampaikan peringatan adanya bahaya yang mengancam para penguasa di seluruh Eropa, termasuk Pemerintah Prancis, Inggris, Polandia, Jerman, Austria dan Rusia.

Akan tetapi, peringatan itu tidak ditanggapi dengan sepenuhnya, karena pengaruh kekuatan Konspirasi di negara-negara itu telah sedemikian besarnya, sehingga peringatan seperti itu tidak cukup membuat mereka tergugah untuk mengambil tindakan yang pasti. 41 Pada uraian berikutnya akan kita ketengahkan gambaran yang jelas mengenai peristiwa revolusi Prancis, dan bagaimana berbagai peringatan itu tidak mendapat tanggapan, untuk membangkitkan hati khalayak umum dari kelengahan atas bahaya Konspirasi Internasional itu.

Sumber: Yahudi Menggenggam Dunia/ William G. Car/Pustaka Al-Kautsar

No comments: